Cinta? Halah!

Suatu hari aku pernah bertanya kepada bapak tentang arti dari kata cinta. Entahlah, aku tidak percaya kata orang lain, apalagi kata televisi. Melemahkan!

Kata bapak, cara laki-laki sejati untuk mencintai itu mendekati, menikahi, lalu menafkahi. Bukan memacari, menikmati, lalu pergi. Baiklah. Masuk akal. Tapi aku belum puas. Aku coba tanya ke Ibu tentang arti cinta menurut perspektifnya.

Kata Ibuku, cara laki-laki mencintai itu dengan tidak boleh sering berkata “terserah” pada pasangannya. Calon pemimpin ruma tangga harus bisa mengambil keputusan. Baiklah. Masuk akal. Tapi aku masih belum puas. Aku coba tanya ke adik perempuanku. Entahlah, selalu menyenangkan bermain di pikiran anak kecil.

Kata adikku, “kamu tidak bisa seenaknya menyembuhkan hatimu dengan menyakiti milik orang lain!” “Ah sialan!” umpatku. Adikku termakan doktrin televisi. Baiklah, jelas kali ini aku masih belum puas. Aku coba tanya pada diriku sendiri, lalu aku mulai membayangkan, suatu pagi nanti, aku dan kamu akan berbagi telur dadar, dengan hati yang berdebar, dan cinta yang berpendar. Sederhana sekali bukan?

Aku tertawa kecil, adikku berteriak, “Orang gila! Orang gila! Orang gila!” kepadaku.

“Cintai agamamu, dan kau akan menemukan cara mencintai seseorang dengan tepat.” Tiba-tiba sebuah suara menyambar. “Allah mengerti doa-doa kita, bahkan saat kita tidak menemukan kata untuk mengatakannya,” tambahnya. Aku tersenyum kecut, tapi bahagia. Aku rasa aku telah menemukan jawabannya.

Tiba-tiba aku terbangun, tersadar. “Jancuk! Besok sudah hari senin!”

Laptop masih menyala, buku-buku masih berserakan. Revisi skripsi belum aku kerjakan.

Tentang Dikecewakan


"mengapa manusia suka mempertahankan hubungan yang jelas-jelas tidak membuat mereka bahagia?" aku hanya bisa mengajukan pertanyaan itu dalam hati.


aku muak dengan hubungan yang penuh kepentingan.


cinta macam apa yang mengekang kebebasan? cinta macam apa yang memposisikan 'aku' lebih tinggi daripada 'kamu'? 


sudahlah.


kamu baik hati, juga cantik. laki-laki datang dan pergi dalam kehidupanmu. bagimu, perpisahan selalu merupakan kata lain untuk perjumpaan baru.


aku tidak bisa menangis, meski sejujurnya sangat bersedih. terima kasih untuk semua cerita tentang kita.


mungkin kau senang untuk diperjuangkan. tapi mungkin kau tidak merasakan lelahnya memperjuangkan.


aku hanya takut kau terlalu senang berlari, sampai lupa bahwa aku sudah berhenti jauh-jauh hari.

Tentang Karma



tentang 'karma', jujur saya tidak terlalu peduli hal itu karena saya berfokus pada memberikan cinta. bukan membalas 'karma'


entah ada atau tidaknya dan bagaimana mekanismenya, 'karma' kerap dijadikan alasan orang-orang yang sakit hati untuk menghibur diri.


mereka sering menggunakan 'karma' untuk menyalahkan orang lain atas rasa sakit hati yang kadang mereka buat-buat sendiri, sampai lupa mungkin apa yang mereka rasakan sekarang adalah buah akibat perbuatan mereka dulu.


benar atau salah, menurut saya, yang terpenting adalah tindakan kita. bukan mengharapkan balas dengan mengutuk orang (yang menurut kita salah) menggunakan 'karma'


dan jika memang 'karma' benar ada, bukankah lebih baik jika kita fokus kepada cara terbaik memberi cinta, agar 'karma' berikan cinta itu kembali pada kita?


daripada meninggikan suara untuk saling menyalahkan, lebih baik merendahkan hati untuk saling mendengarkan bukan?

Santai Saja


jangan terlalu memikirkan hal yang tak perlu kau pikirkan. aku telah memantapkan diri untuk memilihmu. itu cukup. 

biarkan aku bebas. karena aku ingin berjalan seiring. bukan digiring. biarkan aku mencintaimu dengan caraku.


silakan kau bercerita kepada semua orang bahwa kau baik-baik saja. tapi tidak denganku, kau tak perlu berpura-pura. kau tetap bebas menjadi dirimu sendiri.


dan menunggu bukan berarti hanya diam kan?

Tenang Saja



jika karena kekritisan kau dijauhi, bersyukurlah karena dijauhkan dari orang-orang bebal. 

tidak usah takut diremehkan atau dikucilkan.


diremehkan orang itu enak. kita bisa lihat kekagetannya saat tahu hanya kita yang mampu menolong kesusahannya.


cobalah sesekali keluarlah dari bingkaimu. niscaya pose hidupmu tidak itu-itu melulu.



Inti


merasa dicintai sebegitunya, kadang sering membuat kita berlaku seenaknya saja. lupa kalau ia bisa pergi kapan saja.


semoga kita tidak menyepelekan kesederhanaan. sebab ia tak sesepele dan sesederhana yang kita kira. (dan semoga kita senantiasa sederhana tanpa ada kecenderungan untuk menyederhanakan banyak hal)


karena pada akhirnya, hidup hanya tentang seberapa mampu kita membawa banyak orang datang di hari pemakaman kita nanti.

Semoga


semoga kita tidak meninggikan sesuatu sampai merendahkan diri sendiri, dan tidak merendahkan sesuatu karena ketinggian kita.


karena orang yang biasanya mudah membuatku kagum adalah orang yang mengagumkan tapi tak sadar bahwa ia pantas dikagumi.

Klarifikasi


salah jika kamu berpikir aku pergi karena tidak menyukaimu. karena aku benar-benar menyukaimu, maka aku memilih mundur.


salah jika kamu berpikir aku mundur karena tidak serius denganmu. karena aku benar-benar serius ingin bersamamu, aku memilih mendoakanmu selagi belum mampu menjadi mahrammu.


salah jika kamu berpikir doa saja tak cukup untuk kita bersatu. kau tahu? dengan doa, apa yang sulit menjadi mudah, yang berat menjadi ringan, dan yang tak mungkin menjadi mungkin.


mungkin saat ini kau kecewa karena aku lebih memilih menjauh darimu dan mendekat dengan-Nya.


dan mungkin kau berpikir aku hanya main-main; datang didepanmu menghadirkan rasa rindu dan cinta, lalu seketika pergi tanpa ada rasa duka.


bukan inginku menjadikanmu resah dan kecewa. tapi aku lebih resah bila takdir-Nya tidak berpihak pada kita.


mungkin dengan menjauh, segalanya menjadi terasa dekat. dalam doa.


dan percayalah, doa mampu mengubah segala yang tak mungkin menjadi mungkin.


maka, bersabarlah dalam doa.