Meninggalkan dan Ditinggalkan

Ningsih, kalau seseorang pergi dari hidupmu nanti, kamu nggak usah takut atau sedih, Ning. Kita tidak pernah bisa merencanakan pertemuan dengan seseorang, lalu kenapa kita harus bersedih karena perpisahan? Sudah jadi kodrat manusia untuk tidak diam di tempat yang sama. Urusannya hanyalah, apakah kita yang meninggalkan atau malah yang ditinggalkan. Dan kepergian yang paling dekat adalah; kematian.

Time flies, People change, Ning.
Ada yang dulunya sering main bareng, sekarang udah sibuk sama urusannya sendiri-sendiri. Ada yang dulunya suka memanggil Sayang sekarang berubah panggilannya menjadi Asu. Ada yang dulunya selalu tak sabar ingin bertemu, sekarang saling membuang muka saat berpapasan. Ada yang dulunya sering menanyakan kabar, sekarang malah saling unfollow di media sosial. Ada yang dulunya bilang sabar menunggu dinikahi, sekarang malah sudah menikah duluan. ehe.

Oh, Ningsih kekasihku. Jangan menggantungkan nasibmu pada orang lain. Persiapkan dirimu. Suatu hari nanti kita pasti merasakan yang namanya kehilangan teman-teman, kehilangan harta, kehilangan cinta, kehilangan saudara, kehilangan orang tua. Namun mau bagaimanapun, jangan sampai kamu kehilangan diri sendiri. Dirimu lebih besar daripada kesedihan dan ketakutan-ketakutan tak berdasar. 

Kalau hatimu dilukai kekasihmu, kecewa karena dikhianati, merasa hina karena dicampakkan, dan merasa tak berguna karena tak dihargai, jangan menyerah, Ning! Esok hari, kita akan jauh lebih kuat lagi selama kita mau belajar dari masa lalu. Ingat, Ning. Jangan biarkan masa lalu mempecundangimu dan masa depan menciutkanmu!

Dan kamu tahu Ning, siapakah yang tak mungkin memberimu janji palsu, meninggalkanmu, menyakitimu, mengecewakanmu? Dialah Allah SWT.