Mengikhlaskanmu

Dek, kamu tahu tidak? Dalam pencarian yang cukup panjang ini, bagiku, mengikhlaskan adalah sekuat-kuatnya mengikat. Dan melalui tulisan ini, aku mencoba untuk mengikhlaskanmu.

Jika dalam pencarian ini kamu lebih dulu menemukan ia yang akan mendampingimu dan dalam prosesnya, ia sering membuatmu kesal, maka bersabarlah. Sebab barangkali diantara mimpi-mimpinya ada yang bermula dari dirimu. Dirinya yang berproses itu adalah untuk memperjuangkanmu.

Lelaki butuh waktu. Dunianya tidak melulu tentangmu. Ada orang tua, keluarga, pekerjaan, dan impian-impiannya yang harus dikejar. Jadilah perempuan yang bisa memahami, mengerti, serta memberi porsi yang pas antara kapan harus hadir dan kapan harus memberi ruang. Jadilah pendukung setia tanpa harus membuatnya terkekang.

Dukunglah ia dengan perhatian dan doa-doamu. Barangkali hasilnya memang tidak langsung terasa, tapi suatu saat ia akan tahu bahwa kamu bisa menjadi tempat ia bersandar disaat perempuan lain menyerah dan hanya bisa bersungut karena tidak ditemani setiap hari. Jadilah perempuan yang bisa memberi disaat perempuan lain hanya bisa menuntut.

Bersabarlah, dek. Jika ia memang lelaki baik-baik, dia akan bertahan dan memperjuangkan hidupnya untuk mampu menghidupimu. Dia akan membanting tulangnya untuk menjadi tulang punggung yang kokoh bagimu. Kesabaranmulah yang menentukan apakah kamu bisa menjadi bagian dari masa depannya atau tidak.

Dek, melalui tulisan ini sekali lagi aku mencoba mengikhlaskanmu. Pesanku, jadilah perempuan itu. Perempuan yang bisa diandalkan, bukan penghambat masa depan. Apa kamu sanggup?


Matamu

Sesekali, aku ingin berubah menjadi sepasang bola matamu. Aku ingin mengetahui hal apa saja yang kau suka dan tidak suka, juga caramu memandang dunia. Aku ingin belajar memahami rasa sedihmu dan caramu berusaha tegar menutupinya. Aku ingin membaca apa yang kau baca dan melihat apa yang kau lihat. Aku ingin lebih dulu terjaga sebelum adzan subuh tiba dan terpejam lebih cepat saat harimu melelahkan. Aku ingin mengerti rasanya menjadi matamu dan mencari tahu adakah debar yang turun ke hati saat kamu melihatku.

Dek, mungkin sekarang belum saatnya aku bisa mencintaimu seperti itu. Berani mencintaimu, berarti juga harus berusaha mengerti semua tentangmu. Aku memang harus mengerti, untuk bisa menyelami lautan pemikiranmu atau sekadar menari-nari di taman perasaanmu. Aku pernah berimajinasi, bisa memiliki memory card dengan kapasitas tak terhingga, tertanam di mataku. Aku ingin menyimpan semangat yang terpancar dari sorot matamu dan keanggunan yang tertanam rapi di senyummu.

Dek, Aku memang menyukai matamu, tapi aku lebih menyayangi mataku. Aku harus menjaga mataku, biar aku bisa melihat matamu dan menyimpan senyummu. Lalu akan kumainkan berulang-ulang saat hariku sendu.

Tanam dan Rawat

sesuatu yang kita tanam tapi tidak kita rawat, akan tumbuh menjadi semak belukar yang tumbuh kekar, mengakar liar, dan membentuk simpul-simpul yang melilit rumit. tidak indah dipandang mata, tidak nyaman dirasakan hati.

pun juga kita. keinginan menanam rasa pada seseorang harus diimbangi dengan ketelatenan untuk merawatnya. bersedia meluaskan hati untuk memahami, menguatkan doa untuk menaungi, dan membebaskan benalu egoisme diri sendiri.

assalamu'alaikum, dek. semoga kita mampu untuk merawat apapun yang kita tanam, sampai akhirnya bisa kita  nikmati keindahannya bersama-sama.