Sajak Anak Kata

00.20

Aku, anak kata yang kehilangan bapaknya. Dibiarkan menunggu di halaman-halaman buku yang belum selesai ia tulis. "Aku kehabisan ide." katanya.

Bapak senang duduk merenung memandangi jendela. Jendela rumah sastra jauh lebih jujur dari pemandangan televisi. Televisi menyanyikan dusta, rumah sastra melagukan nestapa,

Jika hujan datang tiba-tiba, bapak lompat-lompat kegirangan. Aroma rumput setelah dibelai rintik air mengingatkannya pada Ibu. Apalagi jika ditambah wangi parfum ibu yang masih tertinggal di sweater bapak. "formula rindu." katanya.

Ibu meninggalkan bapak saat bapak sedang cinta-cintanya, karena ia tidak tahan dengan kebiasaan bapak. Pernah saat mereka bertengkar, aku mendengar bapak berkata, "Bagaimana kau menyuruhku untuk berhenti menulis, padahal tujuanku menulis adalah untuk mengkekalkan kau?" 

Bapak mengalah. Ia relakan ibu pergi. Tanpa sepengetahuan ibu, bapak menyelipkan doa-doa di sepatu ibu untuk menemani langkahnya. Sepatu itu, yang dibeli bapak dengan susah payah, sekarang digunakan ibu untuk berjalan menjauhinya.




"Tidak apa. Setidaknya aku masih memiliki kau, anak kata."

You Might Also Like

0 comments