Ada Apa?

09.20

"Jancok! Kapan semua ini berakhir, Asu!" umpat Karyo sambil menggaruk-garuk rambutnya yang kriwul itu. Sepertinya, sudah lama ia tidak keramas. Kelihatan dari ketombe yang menyalju di baju hitam kesayangannya. Hampir setiap hari baju itu selalu melekat di tubuh kurusnya. Tak tergantikan! Konon, baju itu adalah pemberian sang mantan terindah yang kini mencampakkan Karyo sebegitu hinanya. Kasihan banget kamu, Yo!


Hmm, tapi entah ada apa dengan Karyo hari ini. Selepas pulang kerja dan kebasahan karena hujan, dari jauh kelihatan bahwa ia seperti menyimpan beban dalam-dalam. Oh, Karyo. Ada apa dengan dirimu, Yo?

Semoga ini bukan karena tenaga kerja asing ilegal yang merampas lahan kerja saudara-saudara kita sesama buruh di sana. Atau masa iya sih kesedihanmu disebabkan oleh ternodanya persatuan bangsa ini oleh kaum jubah Abu Jahal yang kesetanan dalam bertuhan? Dan kayaknya tak mungkin pula ini semua karena masalah Pilkada DKI yang terlalu dibesar-besarkan media televisi. Ah, hanya Tuhan dan Karyo yang tahu ada apa dibalik pisuhan Karyo.

Tak lama kemudian, tiba-tiba Karyo sudah duduk di sebelah saya dan berkata, "Si Vis Pacem, Para Bellum. Jika kau mendambakan perdamaian, maka bersiaplah berperang. Dan sesulit-sulitnya perang adalah memerangi diri sendiri." 

Belum usai saya memaknainya, Karyo sudah beranjak pergi. Menghilang entah kemana. Aaah, Karyo. Kamu buat saya penasaran lagi.



You Might Also Like

0 comments